Rabu, 13 Februari 2013

Koridor Bisnis Asuransi Untuk Save Konsumen & Sulitnya Broker Bisnis Asuransi di Indonesia


Pembatasan Bisnis Asuransi bagi perusahaan asuransi bermodal kecil menerapkan implementasi konsep perbankan konsep ini akan disamakan dengan Bank - bank seperti BPR, Bank Umum, dan Bank Nasional saran ini sudah disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan ( Bapepem-LK )



Pembatasan asuransi ini untuk memberikan standart objek pertanggungan perusahaan perasuransian. Kegiatan perasuransian harus punya modal, sedangkan modal terbatas tidak menampung resiko yang terlalu besar, apalagi akumulasi risiko yang banyak apabila hal tersebut terjadi ada sebuah perusahaan asuransi.


Lngkah ini tentunya bertujuan guna melindungi kepentingan para nasabahnya, implementasinya perusahaan asuransi harus memiliki modal 100 Miliar, bagi perusahaan asuransi yang sudah berdiri dan beroperasi diberikan kesempatan untuk memenuhi persyaratan tersebut
Adapun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Usaha Asuransi, pada 2012 perusahaan asuransi harus memiliki modal yang disetor minimal 70 Miliar


Sementara itu dilain pihak juaga nasib pelaku bisnis pialang atau broker perasuransian semakin tak menentu. Pertumbuhan kontribusi premi para broker lebih rendah dibandingkan laju kenaikan total premi. Bila tidak ada perubahan kebijakan, nasib broker diperkirakan tetap suram di masa depan.
Nanan Ginanjar, Ketua Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi Reasuransi Indonesia (Apparindo), mengakui, peranan para broker di industri perasuransian semakin berkurang. Penyebabnya, perusahaan asuransi belum banyak yang menggunakan jasa broker. Apalagi, perusahaan asuransi jiwa malah tidak menggunakan jasa broker sama sekali.
Tak hanya itu, Nanan mengatakan, ada kecenderungan perusahaan asuransi memandang broker sebagai kompetitor. "Sehingga pertumbuhan pendapatan fee broker lebih rendah dibandingkan pertumbuhan premi secara nasional," kata Nanan, Rabu (31/10).
Apparindo mencatat, per September 2012, total premi broker sebesar Rp 7,2 triliun atau tumbuh sekitar 10% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara pendapatan premi bruto asuransi umum sepanjang semester I 2012 mencapai Rp 18,89 triliun alias tumbuh 13% dibandingkan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan premi bruto asuransi jiwa lebih besar lagi yaitu mencapai 16,7% menjadi Rp 49,65 triliun.
Di sisi lain, jumlah broker semakin banyak. Sehingga untuk Bisnis Asuransi Pendidikan / Asuransi Jiwa saja padatahun ini terdapat lima pendatang baru sehingga totalnya ada 160 broker yang menjadi anggota Apparindo. Tahun depan, bakal ada dua perusahaan broker asuransi yang berdiri.
Kondisi ini memantik perang tarif. "Perang tarif premi asuransi menjadikan bisnis kami semakin sulit," kata Nanan. Perang tarif premi asuransi properti dan kendaraan sudah menjadi rahasia umum. Padahal, dua produk itu penyumbang terbesar premi asuransi umum di atas 50%.
Broker juga harus menghadapi persaingan sistem pemasaran. Belakangan, banyak perusahaan asuransi lebih memilih menggunakan agen untuk masuk asuransi para calon nasabahnya. Saat ini, jumlah agen asuransi umum mencapai 15.000 orang, dan hingga akhir tahun ada penambahan sekitar 1.000 agen bersertifikat.
Sejumlah perusahaan asuransi umum juga menerapkan sistem pemasaran baru. Mereka menjalin kerjasama pemasaran dengan perbankan (bancassurance).
Masuk retail
Isa Rachmatawarta, Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menilai, terhambatnya bisnis para broker karena cenderung menyasar pasar korporasi. Padahal, pertumbuhan pasar di sektor korporasi cukup lambat. Maklum, pasar korporasi sudah menggunakan produk asuransi sejak lama.
Menurut Isa, broker harus mulai memperbesar segmen ritel atau individual. Dengan membuka pasar segmen ritel, broker asuransi diharapkan dapat juga memperluas jasa layanannya seperti financial planner.
"Sebaiknya, perusahaan broker asuransi mulai mix and match untuk menyasar pasar ritel, sehingga bisa meminimalisir risiko bila ada hambatan di pasar korporasi," tandas Isa. Dan info bisnis asuransi di Indonesia dapat lebih berkembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar